Para ulama berkata, “Apa yang kami sebutkan ini menjelaskan kepadamu bahwa dasar agama pada hakikatnya adalah perkara-perkara batin.” Yakni amalan-amalan hati. Dan amalan-amalan lahiriah tidak bermanfaat tanpa disertai amalan-amalan hati.
Oleh sebab itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah tidak melihat wajah dan rupa kalian, tapi melihat hati kalian.”
Yakni amalan-amalan hati seperti tawakal, tobat, ketundukan, rasa takut, rasa syukur, kesabaran, dan lain sebagainya.
Maka dari itu, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hati kalian, niscaya Dia akan memberikan kepada kalian yang lebih baik dari apa yang telah diambil dari kalian…” (QS. Al-Anfāl: 70).
Allahu Akbar! Ayat ini turun berkenaan dengan tawanan perang yang berasal dari kalangan musyrikin dan kafir, yang ditawan oleh kaum Muslimin. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hati kalian, niscaya Dia akan memberikan kepada kalian yang lebih baik dari apa yang telah diambil dari kalian…” Karena sebagian mereka mengaku masuk Islam seraya berkata, “Aku telah masuk Islam! Mengapa kalian mengambil tebusan dariku?” Kaum Muslimin menjawab, “Kamu baru menyatakan Islam setelah ditawan.” Maka turunlah ayat ini sebagai penghibur bagi mereka dari satu sisi, dan penjelasan bahwa yang menjadi sandaran utama adalah kejujuran yang terdapat dalam hati.
“Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hati kalian, niscaya Dia akan memberikan kepada kalian yang lebih baik dari apa yang telah diambil dari kalian…” Oleh sebab itu, kita harus memberi perhatian besar pada hati. Ini juga dikuatkan oleh hadis yang disebutkan oleh penulis di sini: “Ketahuilah, dalam tubuh ini ada segumpal daging. Jika ia baik, baiklah seluruh tubuh, dan jika rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itulah hati.” (HR. Bukhari & Muslim).
Demikian pula hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah: “Hati itu bagaikan raja, dan anggota tubuh adalah pasukannya. Apabila rajanya baik, baik pula pasukannya. Apabila rajanya buruk, maka buruk pula pasukannya.” Hal ini karena hati merupakan sumber perkataan dan perbuatan. Tidaklah kamu mengucapkan suatu kalimat, melainkan itu bersumber dari dalam hatimu. Kamu tidak akan melakukan suatu amalan kecuali ada niat sebelumnya.
Hati merupakan sumber ucapan dan perbuatan. Tidak mungkin kamu melakukan sesuatu kecuali karena ada niat dalam hatimu. Selain itu, kesahihan amalan dan ucapan merupakan hasil dari kesahihan apa yang ada dalam hati. Oleh sebab itu, niat dalam hati harus diluruskan agar amalan anggota badan menjadi lurus.
Perkara ini juga menunjukkan betapa pentingnya memberi perhatian kepada hati dan merawatnya sebagaimana mestinya, karena hati sangat mudah berubah. Hati cepat berbolak-balik; terkadang begini, terkadang begitu. Karena itulah, kita berdoa kepada Allah: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk.” Dan dalam hadis disebutkan, “Hati itu berada di antara jemari Allah Yang Maha Pengasih; Dia membolak-balikkannya sesuai kehendak-Nya.” (HR. Muslim, secara makna).
Ia dinamai dengan hati karena cepat sekali berubah-ubah. Dari sini kita harus waspada terhadap hati ini agar tidak mudah berubah-ubah. Maka dari itu, kita harus memberinya perhatian yang layak baginya.
Selain itu, di mana setan itu membisikkan godaannya? Membisikkannya ke dalam hati! Hati merupakan tempat awal dari godaan setan. “…setan-setan dari kalangan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan indah untuk menipu (manusia) Jika Tuhanmu menghendaki, mereka tidak akan melakukannya. Maka biarkanlah mereka dengan apa yang mereka ada-adakan…” (QS. Al-An‘ām: 112). “…dan agar hati mereka condong kepadanya.” (QS. Al-An‘ām: 113).
“Condong” maksudnya kepada bisikan-bisikan tersebut. Lalu, apa itu al-af’idah (الْأَفْئِدَةُ)? Yakni hati. Dari sini, kita harus memberi perhatian kepada hati agar menjadi hati yang jernih, sehingga setan-setan tidak mampu merasuk ke dalamnya, baik setan dari kalangan jin maupun manusia. Setan dari golongan jin, masuk ke dalam hati dan membisikkan godaannya. Sedangkan setan manusia mengucapkan kata-kata yang terdengar oleh telinga, lalu sampai ke hati dan menetap di dalamnya. Oleh sebab itu, kita harus membentengi hati ini agar setan-setan dan para musuh tidak dapat menguasainya.
Selain itu juga, hati merupakan alat untuk memahami. Orang yang punya hati yang bersih akan mampu memahami. “Allah melapangkan dada siapa saja yang Dia kehendaki untuk mendapat petunjuk, agar ia menerima Islam.” (QS. Al-An‘ām: 125). Di dalam dada terdapat hati. Sebagaimana firman Allah, “…Bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Ḥajj: 46).
Apabila hati telah buta, sirnalah nikmat-nikmat di dunia dan akhirat dari seorang hamba. Oleh sebab itu, kami wasiatkan untuk memberi perhatian dan kepedulian besar pada hati serta mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla melalui penyucian hati. Setiap hamba harus mengetahui bahwa keselamatan di akhirat nanti tergantung pada kebersihan hatinya. Keselamatan di akhirat tergantung pada kebersihan hati, kita harus pertama-tama membersihkan hati kita, kemudian membentenginya agar tidak terpapar oleh berbagai hal yang dapat menjauhkannya dari tujuannya diciptakan.
=====
قَالُوا هَذَا الَّذِي ذَكَرْنَاهُ يُبَيِّنُ لَكَ أَنَّ أَصْلَ الدِّيْنِ فِي الْحَقِيقَةِ هُوَ الْأُمُورُ الْبَاطِنَةُ أَعْمَالُ الْقُلُوبِ وَأَنَّ الْأَعْمَالَ الظَّاهِرَةَ لَا تَنْفَعُ بِدُونِ أَعْمَالِ الْقُلُوبِ
وَلِذَلِكَ يَقُولُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَشْكَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ
النِّيَّاتُ وَالْأَعْمَالُ الْقَلْبِيَّةُ تَوَكُّلًا وَإِنَابَةً وَتَضَرُّعًا وَخَوْفًا وَشُكْرًا وَصَبْرًا إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ
وَلِذَلِكَ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِن يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِّمَّا أُخِذَ مِنكُمْ
اللَّهُ أَكْبَرُ هَذِهِ الْآيَةُ نَزَلَتْ فِي الْأَسْرَى الَّذِينَ كَانُوا فِي الْأَسْرِ مُشْرِكِيْنَ وَكُفَّارًا وَفِي أَسْرِ الْمُسْلِمِينَ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِن يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِّمَّا أُخِذَ مِنكُمْ لِأَنَّ بَعْضَهُمْ ادَّعَى الْإِسْلَامَ قَالَ أَنَا أَسْلَمْتُ فَكَيْفَ تَأْخُذُونَ مِنِّي الْفِدْيَةَ قَالُوا مَا أَسْلَمْتَ إِلَّا فِي الْأَسْرِ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ بِمَثَابَةِ التَّسْلِيَةِ لَهُمْ مِنْ جِهَةٍ وَبَيَانٌ أَنَّ الْمُعَوَّلَ عَلَيْهِ صِدْقُ مَا فِي الْقَلْبِ
إِن يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِّمَّا أُخِذَ مِنكُمْ وَلِذَلِكَ يَنْبَغِي الِاعْتِنَاءُ بِالْقَلْبِ وَيَدُلُّكَ عَلَى هَذَا مَا أَوْرَدَهُ الْمُؤَلِّفُ هُنَا مِنْ حَدِيثِ أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
وَمَا وَرَدَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ الْقَلْبُ مَلِكٌ وَالأَعْضَاءُ جُنُودُهُ فَإِذَا طَابَ المَلِكُ طَابَتِ الْجُنُودُ وَإِذَا خَبُثَ الْمَلِكُ خَبُثَتِ الْجُنُودُ وَذَلِكَ لِأَنَّ الْقَلْبَ هُوَ مَصْدَرُ الْأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ لَنْ تَتَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ إِلَّا إِذَا صَدَرَتْ أَسَاسُ هَذَا الْأَمْرِ مِنْ قَلْبِكَ لَنْ تَعْمَلَ عَمَلًا إِلَّا أَنْ تُوجَدَ نِيَّةٌ قَبْلَهُ
فَالْقُلُوبُ مَصْدَرٌ لِلْأَقْوَالِ وَمَصْدَرٌ لِلْأَعْمَالِ لَا يُمْكِنُ أَنْ يَكُونَ عِنْدَكَ عَمَلٌ إِلَّا بِمَا فِي قَلْبِكَ ثُمَّ إِنَّ صِحَّةَ الْأَعْمَالِ وَصِحَّةَ الْأَقْوَالِ تَنْتُجُ عَنْ صِحَّةِ مَا فِي الْقُلُوبِ وَلِذَلِك لَا بُدَّ مِنْ تَصْحِيحِ مَا فِي الْقَلْبِ حَتَّى يَصِحَّ مَا فِي الْعَمَلِ أَعْمَالِ الْجَوَارِحِ
ثُمَّ يَدُلُّكَ عَلَى أَهَمِّيَّةِ الِالْتِفَاتِ إِلَى الْقُلُوبِ وَإِلَى الْعِنَايَةِ اللَّائِقَةِ بِهَا أَنَّ الْقَلْبَ سَرِيعُ التَّقَلُّبِ سَرِيعُ التَّقَلُّبِ مَرَّةً هُنَا وَمَرَّةً هُنَاكَ لِذَلِكَ نَحْنُ نَدْعُو رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَفِي الْحَدِيثِ القُلُوبُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ
مَا قِيلَ لَهُ قَلْبٌ إِلَّا لِتَقَلُّبِهِ فَمِنْ هُنَا نَحْذَرُ عَلَى هَذَا الْقَلْبِ مِنْ مِثْلِ هَذَا التَّقَلُّبِ وَبِالتَّالِي نُوْلِيْهِ الْعِنَايَةَ اللَّائِقَةَ بِهِ
ثُمَّ إِنَّ الشَّيَاطِيْنَ أَيْنَ تُوَسْوِسُ؟ تُوَسْوِسُ فِي الْقُلُوبِ هَذَا مَبْدَأُ وَسَاوِسِ الشَّيَاطِيْنِ شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ وَلِتَصْغَىٰ إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ
صْغَى إِلَيْهِ أَيْ إِلَى تِلْكَ الوَسَاوِسِ الْأَفْئِدَةُ مَا هِيَ؟ الْقُلُوبُ وَمِنَ هُنَا لَا بُدَّ مِنَ الِاعْتِنَاءِ بِهَذَا الْقَلْبِ حَتَّى يَصْفُوَ وَمِنْ ثَمَّ لَا تَتَمَكَّنُ تِلْكَ الشَّيَاطِينُ مِنْ دُخُولِهِ وَشَيَاطِينُ الْإِنْسِ وَشَيَاطِيْنُ الجِنِّ شَيَاطِينُ الجِنِّ يَدْخُلُونَ فِي الْقَلْبِ وَيُوَسْوِسُونَ لَهُ وَشَيَاطِينُ الْإِنْسِ يَتَكَلَّمُونَ بِكَلَامٍ يَصِلُ مِنَ الْأُذُنِ إِلَى الْقُلُوبِ فَيَسْتَقِرُّ فِيهَا وَبِالتَّالِي لَا بُدَّ مِنْ تَحْصِينِ هَذَا الْقَلْبِ مِنْ أَجْلِ أَنْ لَا تَتَمَكَّنَ مِنْهُ الشَّيَاطِينُ وَيَتَمَكَّنَ مِنْهُ الْأَعْدَاءُ
ثُمَّ إِنَّ الْقَلْبَ هُوَ أَدَاةُ الْفَهْمِ هُوَ أَدَاةُ الْفَهْمِ مَنْ كَانَ عِنْدَهُ قَلْبٌ سَلِيمٌ تَمَكَّنَ مِنَ الْفَهْمِ فَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ الصَّدْرُ الْمُحْتَوِي عَلَى الْقَلْبِ لِذَلِكَ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
إِذَا عَمِيَ الْقَلْبُ زَالَتْ عَنِ الْإِنْسَانِ النِّعَمُ فِي دُنْيَاهُ وَآخِرَتِهِ وَلِذَلِكَ فَالْوَصِيَّةُ الِاعْتِنَاءُ بِهَذَا الْقَلْبِ وَالْحِرْصُ عَلَيْهِ وَالتَّقَرُّبُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِتَطْهِيرِهِ وَلِيَعْرِفِ الْعَبْدُ أَنَّ نَجَاةَ الْآخِرَةِ مَبْنِيَّةٌ عَلَى سَلَامَةِ القَلْبِ نَجَاةَ الْآخِرَةِ مَبْنِيَّةٌ عَلَى سَلَامَةِ القَلْبِ وَبِالتَّالِي لَا بُدَّ مِنْ تَحْصِينِ قُلُوبِنَا وَتَنْظِيفِهَا أَوَّلًا ثُمَّ تَحْصِينِهَا ثَانِيًا لِأَنْ لَا تَرِدَ عَلَيْهَا الْوَارِدَاتُ الَّتِي تُبْعِدُهَا عَمَّا خُلِقَتْ مِنْ أَجْلِهِ